1) Ekuator langit
Ekuator langit adalah suatu lingkaran besar semu yang merupakan perpotongan perpanjangan bidang ekuator bumi pada bola langit (lihat gambar II.1).
Gambar II.1. Sistem Koordinat Ekuator
2) Lingkaran ekliptika
Lingkaran ekliptika adalah lingkaran semu yang membentuk sudut 23.5o terhadap ekuator langit (lihat gambar II.1). Perpotongan pertama pada tanggal 21 Maret saat matahari bergerak dari selatan ke arah utara pada titik Aries (vernal equinox), dan perpotongan kedua pada saat matahari bergerak dari utara ke arah selatan tanggal 21 September pada titik musim gugur (autumnal equinox).
Dalam lingkaran ini Matahari nampak bergeser dari barat ke arah timur. Menurut Hipparcus (seorang peneliti astronomi), matahari mempunyai keterlambatan 36” setahun dalam mencapai posisi titik aries (vernal ekuinox).
3) Titik Aries/vernal equinox
merupakan salah satu titik perpotongan antara bidang ekliptika dan ekuator langit, tempat matahari berada pada tanggal 21 Maret (lihat gambar II.1). Jika diasumsikan dengan memperbandingkan kedudukan bintang Aries tersebut terhadap vernal equinox, maka kedudukan vernal equinox di bintang Aries terjadi pada 22 abad yang lalu. Menurut penelitian keterlambatan matahari pada lingkaran ekliptika sebesar 50” setiap 3 tahun, ini berarti matahari berada di titik Aries kembali pada tanggal 21 Maret selama 25600 tahun sekali.
4) Ecliptic Longitude = Bujur Astronomis
Ecliptic Longitude = Bujur Astronomis adalah jarak Matahari dari titik Aries (Vernal Equinox), diukur sepanjang lingkaran Ekliptika. Jika nilai Bujur Astronomis Matahari sama dengan nilai Bujur Astromonis Bulan, maka terjadi Ijtimak/Konjungsi. Data ini diperlukan antara lain dalam penentuan Awal bulan Qomariyah dan gerhana.
5) Ecliptic Latitude = Lintang Astronomis
Data ini adalah jarak pusat Matahari dari Lingkaran Ekliptika. Sebetulnya Ekliptika sendiri adalah lingkaran yang ditempuh oleh gerak semu Matahari secara tahunan. Oleh karena itu Matahari selalu berada di lingkaran Ekliptika. Namun oleh karena gerakannya tidak sama persis, maka ada sedikit pergerseran. Keadaan seperti itu dapat kita lihat dari nilai Ecliptic Latitude yang selalu mendekati nol. Data ini diperlukan antara ain untuk keperluan gerhana.
6) Right Ascension/RA (α) = Asensio Rekta = Panjatan Tegak
Right Ascension/RA (α) = Asensio Rekta = Panjatan Tegak adalah jarak sudut benda langit dari titik Aries (titik domba/vernal equinox), diukur ke arah timur sepanjang lingkaran ekuator langit (lihat gambar II.1).
RA bisa dibandingkan dengan garis bujur, diukur dari titik nolnya yang berada di titik vernal equinox. RA diukur dalam jam, menit, dan detik; di mana 1 jam = 15o busur.
7) Local Hour Angle/ LHA (t) = sudut jam
Local Hour Angle/ LHA (t) = sudut jamadalah besaran sudut pada meredian bola langit dihitung dari titik kulminasi atas ke arah barat, atau sudut yang diukur ke arah barat dari perpotongan lingkaran ekuator dengan lingkaran meridian (lihat gambar II.1).
Sudut Jam dinyatakan dalam besaran derajat atau jam, dimana 1 jam = 15o busur.
8) Deklinasi ()
Deklinasi () adalah besar simpangan sudut benda langit pada bola langit terhadap ekuator (lihat gambar II.1). Deklinasi bisa dibandingkan dengan garis lintang yang diproyeksikan ke bola langit. Sebuah obyek di utara ekuator mempunyai deklinasi positif (+), dan sebaliknya obyek di selatan ekuator mempunyai deklinasi negatif (-).
9) Tinggi Benda Langit (h)
Tinggi Benda Langit (h) adalah tinggi (besar sudut) yang dihitung dari bidang horizontal (cakrawala) terhadap posisi benda langit (besar sudut COR pada gambar II.1). Tinggi benda langit bertanda positif (+) apabila berada di atas ufuk (horizon), demikian pula sebaliknya.
10) Azimuth (Az)
Azimuth (Az) adalah besar sudut pada lingkaran horison yang ditarik dari titik utara (true north) ke arah timur dan seterusnya sampai mencapai titik proyeksi benda langit tersebut, besarnya mulai dari 0 - 360°
11) Zenith dan Nadir
Zenith adalah titik di angkasa yang berada persis di atas pengamat (titik Z pada gambar II.1). Posisi zenith di angkasa tergantung pada arah gaya gravitasi bumi di tempat pengamat berada. Jarak angular antara zenith ke benda langit (celestial body) disebut jarak zenith. Titik nadir adalah lawan dari zenith yaitu suatu titik di angkasa yang berada persis di bawah pengamat (titik X pada gambar II.1).
12) Astronomical Unit (AU)
adalah satuan yang menyatakan jarak rata-rata matahari dari bumi, yaitu + 149.598.000 km. Karena bidang revolusi bumi yang membentuk ellips, maka suatu saat akan ada jarak terdekat matahari dari bumi (perihelion) yaitu + 147.000.000 km dan ada jarak terjauh matahari dari bumi (aphelion) yaitu + 152.000.000 km.
Gambar. II.2 Bidang Revolusi Bumi
13) Horizon Parallax (HP)
Parallax adalah sudut antara garis yang ditarik dari benda langit ke titik pusat bumi dan garis yang ditarik dari benda langit kearah mata si pengamat (observer). Sedangkan Horizon Parallax dalam penentuan koreksi untuk ketinggian Hilal adalah parallax dari bulan yang sedang berada persis di garis ufuq (bidang horizon). Nilai HP berubah-ubah tergantung jarak benda langit itu dari garis ufuq (horizon), semakin mendekati titik Zenith (semakin tinggi benda langit) nilai parallax semakin kecil.
Gambar II.3. Parallax dan Horizon Parallax
14) Fraction Illumination (Fraksi Illuminasi)
adalah besar atau luas piringan bulan yang menerima sinar matahari yang tampak dari bumi. Jika seluruh piringan bulan yang menerima sinar matahari terlihat dari bumi, maka bentuknya akan berupa bulatan penuh. Dalam keadaan seperti ini nilai fraksi iluminasi bulan adalah 1 (satu), yaitu persis pada saat puncaknya bulan purnama.
Sedangkan saat terjadi gerhana matahari total (saat bumi, bulan dan matahari berada persis pada satu garis lurus), nilai Fraksi iluminasi bulan adalah nol. Setelah bulan purnama, fraksi iluminasi akan semakin mengecil sampai pada nilai terkecil yaitu saat ijtimak dan setelah itu nilai fraksi iluminasi akan membesar kembali sampai nilai satu saat bulan purnama. Dengan demikian data fraksi iluminasi dapat dijadikan pedoman untuk mengetahui kapan terjadinya ijtimak dan kapan bulan purnama.
15) Semi Diameter (jari-jari piringan bulan/matahari)
yaitu jarak antara titik pusat bulan/matahari dengan piringan luarnya.
16) Refraksi (Refraction)
Refraksi (Refraction) yaitu perbedaan antara tinggi suatu benda langit yang sebenarnya dengan tinggi benda langit itu yang dilihat sebagai adanya pembiasan sinar/cahaya bulan/matahari.
Refraksi terjadi karena sinar yang datang sampai ke mata kita telah melalui lapisan-lapisan atmosfer, sehingga sinar yang datang itu mengalami pembengkokan, padahal yang kita lihat adalah arah lurus pada sinar yang ditangkap mata kita.
Gambar II.4. Refraksi benda langit
17) Waktu Sideris (Sidereal Time) dan Sinodis
Dalam satu tahun bumi berotasi 366,2422 kali namun bagi pengamat di muka bumi yang tetap akan melihat matahari melintas 365,2422 kali.Dengan perbandingan itu dan karena satu hari matahari adalah 24 jam maka panjang satu hari sideris adalah 86164,09 detik, atau 23 jam 56 menit 4,09 detik.
Satu kali penuh revolusi bulan memerlukan waktu rata-rata 27 hari 7 jam 43 menit 12 detik. Periode ini disebut satu bulan sideris, dimana bulan telah menempuh satu lingkaran penuh (posisi BL sampai BL1 pada gambar II.5). Revolusi bulan ini dijadikan dasar perhitungan bulan qamariyah. Tetapi waktu yang dipergunakan adalah satu bulan sinodis yang lamanya rata-rata 29 hari 12 jam 44 menit 2,8 detik, dimana bulan kembali ke posisi tepat pada garis lurus antara matahari dan bumi.
Gambar II.5. Posisi bulan saat sideris dan sinodis
18) Ijtimak (Konjungsi)
yaitu peristiwa dimana matahari dan bulan berada di posisi bujur langit yang sama jika diamati dari bumi. Jika terjadi pada satu garis lurus maka akan menjadi gerhana matahari. Saat ijtimak ini dijadikan dasar perhitungan penentuan awal bulan qomariah. Untuk mengetahui kapan terjadinya ijtimak dapat dilihat pada The Astronomical Almanac (hal A : New moon) atau menggunakan program Mawaaqit 2001 atau MICA Version 2.0.
19) Hilal
Hilal adalah penampakan bulan sabit dengan mata telanjang yang paling awal terlihat sesudah matahari terbenam setelah saat konjungsi (ijtimak) pada awal qomariah, dan sabit bulan menghadap ke arah timur.
20) Hisab
Hisab adalah perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan sabit (hilal), dalam penentuan dimulainya awal bulan Qamariah pada Kalender Hijriyah.
Hisab harus dilakukan sebelum pelaksanaan rukyat (pengamatan). Salah satu output hisab adalah penentuan kapan waktu ijtimak (bulan baru), atau disebut juga konjungsi.
21) Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni kenampakan bulan sabit yang pertama kali setelah terjadinya ijtimak (konjungsi) pada saat matahari terbenam di suatu tempat. Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang atau dengan alat bantu optik seperti teleskop, theodolit dan lainnya. Apabila hilal terlihat pada sore itu, maka pada petang (Maghrib) waktu setempat telah dianggap memasuki tanggal satu bulan baru qamariah untuk tahun Hijriyah.
Sekian dulu postingan kali ini nanti akan saya sambung kembali
Komentar
Posting Komentar